|
erti hadir sahabat
Monday, 18 April 2011 | 03:15 | 0 comments
Kini kau nampak lesudalam sofa kedamaian yang kau duduk di atasnya, bersamaku. Kau seakan memalas berucap lepas. Padahal kau dalam tebaran aroma bunga wanginya membuat hati dalam ria. Kau nampak lesu. Nampak bait-bait kalimat membisu dalam kegamangan perasaanmu seakan kau menanti sang waktu di mana titik jenuh hadir memaksamu untuk berucap dan aku menunggu. Aku menghela nafas menengadah dalam meredup mata. Seketika terdengar desah gelisah darimu dan kini kau dalam jenuh. Waktu mendorongmu berkata dan aku membuka mata. Bersama sang waktu dirimu lepas kebisuan, “Bagaimana kau melihat hadirku? Dalam kearifan hati, kau kan tahu hamparan keluasan arti tanyaku padammu. Tanamlah itu dalam pikiranmu.” Sepatah kata dari jiwa aku tangkap lemparan katamu sehingga aku dalam kuasa. Aku dalam jawab demi hidup jiwamu. Betapa aku melihatmu dalam kehormatan hati dalam memberi dan menerima. Betapa pemberian dan penerimaan adalah mutiara-mutiara jiwaku untuk dirimu, belahan jiwaku. Jawabanmu, “Berikan untukku ketulusanmu, kehormatanmu dalam pemberian dan penerimaan.” Ketulusan adalah pakaian untuk kehormatan dalam pemberian dan penerimaan agar tidak telanjang tidak memamerkan diri dan tidak pula menyombongkan diri. Telanjang adalah pamer diri dan kesombongan diri yang halus. Lihatlah bukti pada kicauan burung di halaman belakang. tak ada sangkar hanya taman yang aku berikan karena aku tulus hidup burung dalam kebebasan. Aku berdiri demi senyummu yang sayu. Aku berkata dengan jiwa membara. Aku adalah dengan kehormatannya. Kau pun dengan kehormatannya. Manusia di sekelilingmu adalah dengan kehormatannya. Sehingga tatapan kita adalah penghormatan dalam pemberian dan penerimaan. Tatkala pancaran mataku memberikan api untukmu membakar harga kehormatanmu adalah penyiksaan terhadap jiwamu dan aku pun akan menerima api diriku terbakar pula karena kisahku tercatat dalam hukum karma. Di antara itu semua, ketulusan berirama menyejukkan suasana. Aku lihat kegersangan sebelah dunia kehidupan. Pembahasannya adalah pemberian dan penerimaan yang membakar kehormatan. Ada yang makar dan ada yang mati terkapar Tak ada kesuburan dalam menuai kedamaian. Aku dalam memberi bukan pemberian raja pada rakyat jelata yang memungkinkan hanya suguhan hampa. Aku memberi adalah bagai rakyat memberi raja. Pandang hormat rakyat jelata padanya. Aku menyuguhkanmu penuh hormat yang nyata. Aku dalam menerima bukan penerimaan raja dari rakyat jelata. yang memungkinkan raja memandang sebelah mata. Tapi aku adalah bagai rakyat dalam penerimaan dari raja. Sungguh sambutan hormat untuk rakyatnya. Penerimaanku adalah pandang dua mata. Read more: Sajak: Arti Hadir Sahabat http://elbuyz.blogspot.com/2011/01/sajak-arti-hadir-sahabat.html#ixzz1JruTDzuO |